Layu sebelum berkembang


Hari itu adalah hari jumat yang biasa bagi kebanyakan orang, namun tidak bagiku. Bagiku, hari itu adalah jumat paling menyedihkan dalam hidupku. Jumat itu aku kehilanganmu, bahkan sebelum aku memilikimu. Nak, kamu pergi bahkan sebelum aku bisa menyapamu.


Aku berkendara dengan sepeda motor butut milik pamanmu. Nak, yang lucu adalah sepeda motor pamanmu memiliki lonceng di bawah mesinnya. Bisakah kamu membayangkan motor yang berbunyi lonceng tiap berbelok? Wkwkwk itulah motor pamanmu. Sepeda motor itu mengantarku dengan selamat kerumah, tapi tidak denganmu.


Aku menggendongmu, masuk ke rumah kita, ditemani langit mendung yang seolah mengerti perasaanku. Aku menggendongmu masuk melalui teras. Teras yang seharusnya kamu pakai untuk bermain nanti. Teras yang mungkin kita duduki kelak di malam hari sambil menonton truk yang lewat.


Memang benar kata orang, keranda paling berat adalah keranda yang paling kecil. Tentu tidak secara harfiah sama dengan kondisi mu. Karena kamu terlalu kecil untuk dibawa dengan keranda, jadi aku menggendong mu. Aku menggendongmu dalam rintik hujan ke makam yang akan menjadi rumahmu.


Namamu adalah Ridwan Ardiansyah, dan aku menitipkan salam kepada nenekmu. Temui lah nenekmu dan sampaikan salam dariku, menantunya. Sampaikan aku selalu mencintainya, mencintai kalian. Tapi kau tahu nak? Aku menyayangimu. Aku menyayangimu sebelum kamu ada, dan aku akan menyayangimu bahkan setelah kamu tiada.

1 komentar:

  1. Adeeek, ini teman mamamu. Maaf ya dek, belum bisa mengunjungimu, begitupun dgn mamamu. Doaku menyertaimu dan mamamu adek ridwan 🌹🥀 innalilahi wainna ilaihi roji'un. Surga buat kamu adek 🍂

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.