Selamanya itu Terlalu Lama

Jadi begini, tulisan ini saya buat untuk orang yang paling saya sayangi Ahdinia. Sekira dua hari ini kamu dingin kepada saya. Bukan dingin secara harfiah, melainkan dingin secara ungkapan. Sampai saya menulis ini pun saya masih dicuekin sama kamu. Tapi gapapa, saya tetep sayang kamu. Kamu saya meminta saya menuliskan sesuatu untuk hadiah 2 tahun kita pacaran. Jujur saya tidak memiliki ide apapun untuk menulis, makanya tulisan ini saya awali seperti ini. Saya berharap selama saya menulis, saya menemukan konsep tulisan saya.

Sekedar cerita saja, dulu saya juga pernah membuatkan tulisan kepada mantan. Bukan berniat nostalgia, namun saya harus menjelaskan bahwa tulisan saya dulu terlalu ‘berbunga-bunga’. Ya, itu tidak masalah sebenarnya. Tiap individu memiliki gaya tulisannya masing-masing dan berkembang sesuai dengan kedewasaannya. Dulu saya memang suka yang ‘berbunga-bunga’ seperti itu. Namun sekarang saya berkembang menjadi lebih tidak seperti itu.

Oke jadi begini Ahdin yang ku sayangi. Saya merasa tulisan ini akan saya buat untuk menjelaskan perasaan saya ke kamu. Namun sebelumnya, mari kita berterimakasih kepada Beti Novi Ana yang telah mengenalkan kita berdua. Sebenarnya harus berterimakasih kepada Tuhan sih, namun saya yakin Tuhan memberikan jalan melalui Beti untuk mengenalkan kita.

Saya ingat dulu sangat kikuk untuk memulai percakapan whatsapp kita. Din, jadi dulu aku meminta Beti untuk mengenalkanku kepada kamu. Pandangan pertama saat melihat fotomu bersama Beti adalah terpesona. Sebagai remaja semester 4 waktu itu aku tentu berupaya untuk mendapat kontak mu. Beruntung Beti cukup baik hati memberikannya kepadaku.

Oke pendekatan pun dimulai. Kamu itu judes dan cuek dalam suatu hal, namun menjadi sangat menarik di lain sisi. Jujur sewaktu aku mulai mencoba mendekatimu yang aku rasakan waktu itu adalah ‘terlampau jauh’. Secara sederhana saya merasa bahwa kamu sangat tidak tergapai. Memang kamu membalas pesanku, tapi bukan perasaanku. Waktu itu aku memilih menyerah. Tidak apa-apa, menyerah itu bukan pilihan buruk kok. Saya tahu batas kemampuan saya dan kemampuan hatimu waktu itu.

Lalu semua berubah 2 tahun lalu. Saya mencoba melakukan pendekatan kedua kalinya setelah rentang waktu 1 atau 2 tahun. kamu masih judes dan cuek seperti Ahdinia yang dulu. Tapi tidak apa-apa, saya sudah mengenal kamu, jadi saya bisa menerima itu. Sebenarnya saya cukup malu mengingat waktu kita memutuskan untuk bersama dengan cara yang tidak lazim. Saya tahu ceritamu yang diajak berpacaran dengan mendaki gunung dsb. Dan aku mengajakmu berpacaran via whatsapp, dengan gimmick seperti yang kita berdua tahu.

Kamu itu seru, bisa bercanda dan ngobrol denganku dalam keadaan apapun. Tentu aku tidak khawatir sewaktu kita tua nanti akan kehabisan bahan obrolan. Tapi saya meminta sesuatu kepada kamu, jangan terus-terusan cerita mengenai drama korea. Saya cukup suka dengan cerita keanehan tetanggamu atau ibukmu yang usil. Atau bercerita tentang keponakanmu si kembar yang menggemaskan itu. Jangan lupakan cerita-cerita itu. Aku sungguh mau mendengarkannya.

Kamu itu pemarah. Mungkin kamu juga sudah menyadari itu. biasanya kamu marah kalau aku telat membalas pesanmu. Atau seperti kemarin, kamu marah sewaktu kondangan karena kamu tidak memiliki teman wanita yang kamu kenal. Tapi din, itu tidak apa-apa. Aku tahu kamu akan marah dengan hal-hal itu, jadi aku meminta maaf. Kamu juga sering memberi komentar mengenai outfitku. Aku tahu, kamu suka fashion, dan aku menghargai pendapatmu itu. namun kamu juga harus membagi marahmu itu ke hal lain. Lain kali coba marahi aku mengenai manajemen keuanganku. Atau kamu bisa mencoba marah mengenai jadwal kerja ku. Sewaktu kita tua bersama nanti, aku rasa masalah keuangan dan pekerjaan akan lebih banyak menyita perhatian kita ketimbang permasalahan baju atau lipstik mana yang akan kamu pakai.

Din, aku menulis ini ditemani dengan kipas Maspion, pod, dan susu Dancow yang kita beli di minimarket tadi. Saya berencana menulis beberapa tulisan untuk kamu, jadi kamu harus update membuka blogku ya. Tentu aku tidak akan memberitahu kapan aku menerbitkan tulisan tsb. Itu biar menjadi kejutan, kamu kan bilang suka kejutan. Jadi tulisan ini akan aku tutup dengan kalimat yang beberapa hari ini terlintas di kepalaku. Selamanya itu terlalu lama, dan aku memutuskan untuk menghabiskan waktu yang terlalu lama itu denganmu. Aku menyayangimu.[]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.