Semut Nakal dan Emak yang Melupakan Anaknya
Jadi, pada tanggal 26 November 2018
kemarin ini saya melakukan ujian skripsi. Dan dengan berbangga hati saya
dinyatakan lulus sebagai sarjana. Wagelaseeeh. Saya bahagia, tentu saja. Namun dalam
perjalanan menuju ujian skripsi tersebut saya mengalami hal-hal yang saya
anggap tidak wajar kalau tidak ingin dianggap aneh. Sebelum hari mencapai fajar
tanggal 26 November, saya marathon belajar mengenai penelitian saya. Saya mencoba
belajar diluar tema penelitian saya, setidaknya saya mencoba belajar di
lingkaran luar penelitian saya. Apa saya khawatir soal ujian skripsi tersebut ?
sebenarnya tidak. Yang saya rasakan lebih mirip dengan rasa sebal dan muak
mengapa saya tidak segera menyelesaikan rangkaian kegiatan menyebalkan ini.
Malam
hari tanggal 25 November 2018, saya mengajak teman saya ratna untuk membeli
bingkisan yang sungguh tidak penting untuk yang mulia dosen penguji. Saya akhirnya
menghamburkan uang 160 ribu untuk membeli berbagai buah dan roti untuk yang
mulia dosen penguji. Uang itu sebenarnya bisa saya gunakan untuk memperbaiki
bambang (sepeda motor saya yang mangkrak di kontrakan). Atau uang itu bisa saya
gunakan untuk membeli micin yang bisa membuat orang sefakultas saya menjadi
goblok mendadak. Tapi yah akhirnya saya membeli bingkisan itu. Nah roti yang
saya beli tersebut dikemas dalam 4 kotak roti dan dibungkus dengan kantong
plastik besar. Ceritanya sesampainya dikamar, roti tersebut saya taruh di dekat
dinding kamar saya. Kemudian saya lanjut dengan bermain gawai sampai jam 2 dini
hari.
Hari
yang menyebalkan pun tiba. Pagi hari tanggal 26 November 2018 saya sudah siap
dengan kostum hitam-putih saya, lebih mirip orang akan ijab kabul daripada
orang ujian skripsi. Saya membawa roti tersebut keluar kamar dan akan berangkat
ke kampus. Setelah saya perhatikan benar-benar, ternyata roti dalam kotak
tersebut telah dikerubungi oleh semut. Banyak sekali semut. Semut itu bahkan
sampai masuk ke roti yang akan saya suguhkan ke dosen penguji. Alhasil saya
pagi-pagi membersihkan roti tersebut dari kerubutan semut bangsat ini. Nah jadi
kawan-kawan, roti yang saya suguhkan kepada dosen penguji tersebut sebenarnya
adalah roti sisa yang telah dijamah oleh semut-semut nakal. Hahahaa. Rasakan itu
ferguso...!
Skip...
skip sidang sudah berlangsung, saya dinyatakan lulus tanpa ada drama-drama ga
penting. Nah ada yang membuat saya agak jengkel adalah emak saya sendiri yaitu
Yu In. Jadi sebagai anak berbakti yang sudah sarjana, saya ingin memberitahu
kalau ujian skripsi anaknya lancar kepada orang tua tercinta. Nah saya langsung
telpon si Yu In, dengan angan bahwa akan ada drama dan tangisan air mata haru
dalam percakapan nan romantis ala anak dan ibu yang saling berbahagia. Tapi tunggu,
Yu In dan saya sama-sama orang absurd, jadi imaji seperti itu kecil kemungkinan
akan terjadi. Dan yang terjadi pada akhirnya seperti ini.
Agung : halo assalammualaikum.
Yu In : halo waalaikumsalam, iki sopo ? (anjiiir, ibu saya sendiri lo
tanya ini siapa.... WTF...!!!)
Agung : iki sopo jare, aku anakmu !!! (dengan nada sedikit
ngegas karena kesel tidak dikeali sebagai anak, wkwkwkw)
Yu In :eh iyo deng... (anjir emak saya sendiri beneran lupa kalau ini
suara anaknya)
Agung : hmm aku wes lulus, sidang-e lancar.
Yu In : oalah iyo wes (serius emak saya hanya berkata seperti ini
wkwkwkw)
Agung : iyo wes, wasalammualaikum
Yu In : waalaikumsalam.
Leave a Comment