Menjadi orang baik yang naif
Tulisan ini akan diawali
dengan kalimat “langit tidak perlu berkata dia
tinggi, semua orang sudah tahu
bahwa dia memang tinggi”.
Saya
mau bercerita, jadi begini. Banyak teman saya yang sering curhat ke saya.
Curhatannya berbagai macam topik, dari masalah keluarga (yang menurut saya tabu
dibicarakan dengan orang asing macam saya), masalah percintaan (dan ini yang
paling sering), perkara yang menjurus mesum (hahahaha), dan perkara-perkara
soal pertemanan. Nah tulisan kali ini adalah soal yang terakhir yaitu
pertemanan.
Saya
memiliki sedikit keresahan. Ada seorang teman saya yang berujar bahwa dia
merasa di khianati oleh teman-temannya. Jadi dia itu merasa selalu menolong
teman-temannya saat mereka dalam kesusahan. Kemudian saat dia sendiri sedang kesusahan,
teman-temannya sama sekali tidak ada yang peduli terhadap masalahnya. Kemudian
teman saya ini mengeluh ke saya. Intinya bahwa dia ini selalu mencoba baik ke
orang lain, agar di kemudian hari dia dibalas kebaikannya oleh orang lain.
daaaaan, tanggapan saya adalah “naif banget kamu jadi orang !!!”. tapi
sebenarnya apakah pola berfikir dia (si teman saya) ini salah, tentu saja
tidak. Mau sependapat atau tidak sependapat itu adalah kewenangan dari pembaca
budiman sekalian. Benar atau salah juga merupakan kewenangan dari pembaca
sekalian.
Jadi
dia ini kecewa pada teman-temannya. Kenapa mereka tidak bisa berlaku baik
kepada dia, seperti dia berlaku baik kepada mereka ? tapi memang apa salahnya
saat orang lain tidak berlaku baik kepada kita ? saya rasa bukan salah mereka
saat tidak baik kepada kita. Salah kita sendirilah mengapa mengharapkan sesuatu
dari mereka. Itu lho alasan kenapa saya bilang naif tadi. Namun kasihan juga
teman saya itu tadi, tapi dia juga ga bisa maksa orang lain kan buat baik ke
dia ? iya ga ? kita hidup di dunia yang tidak bisa kita kendalikan. Saya tidak
bisa memaksa dunia seperti apa yang saya mau. Ya kalau saya bisa sudah pasti
saya akan membuat aku dan kamu (iya kamu....) biar jadian. Toh nyatanya engga
kan. Nah karena itu, apa yang bisa saya harapkan itu ya apa yang bisa saya
kendalikan. Ya Cuma diri saya sendiri. karena saya tidak bisa memaksa/mengendalikan
orang lain, jadi saya tidak boleh berharap kepada orang lain.
Biarlah
orang itu berbuat tidak baik dan biarlah orang itu berbuat baik. Itu urusan,
tanggungjawab, hak, dan konsekuensi
mereka. Kalau memang ingin menjadi orang baik, ya sudah jadi orang baik saja.
Maksudnya jadi orang baik itu tidak perlu mengharap kebaikan orang lain di
kemudian hari. Lagipula kalau anda sudah memutuskan menjadi orang baik, dan
mendapat balasan yang tidak sesuai yang anda harapkan, menurut saya tidak perlu
lah menceritakan bahwa “ saya sudah baik ke orang, tapi orang lain kok ga baik
ke saya ya “ begitu. Mengapa argumen saya demikian ? baca kalimat pertama
tulisan ini !
Karena
orang baik tidak perlu mengatakan bahwa dirinya baik. Dan orang baik hanya akan
fokus pada kebaikannya saja, tanpa perlu mengomentari perlakuan orang lain ke
dirinya, tanpa perlu mengharap dibalas kebaikannya.
-selamat malam buat kamu, sebuah nama yang selalu menghangatkan
percakapanku dengan Tuhan-
Leave a Comment