Menertawakan adalah Suatu Bentuk Kasih Sayang
Tulisan ini spesial untuk wanita
yang sangat saya sayangi. Tidak pernah ada wanita yang saya sayangi melebihi
wanita ini. kalo mau pakai bahasa zaman now itu you’re the one and only.
Pacarku...? bukan (sayang jangan marah dulu ya), dia itu Yu In. Siapakah Yu In
? Yu In adalah semacam makhluk vertebrata hasil evolusi dari reptil yang
kemudian berkembang menjadi kera lalu menjadi homo sapiens sapiens atau yang sekarang dikenal sebagai manusia.
Yang kebetulan, kebetulan aja dia hamil, dan kebetulan pula dia melahirkan
saya. Iya bener, Yu In itu ibu saya. Jangan dianggap durhaka ya mak....!
(kalimat ini buat Yu In). Saya ga tahu Yu In menyesal atau malah bersyukur
melahirkan saya, saya ga pernah tanya tapi semoga aja Yu In ga memikirkan 2 hal
itu hahahaha.
Yu In itu absurd. Bukan Yu In saja
sih, suaminya juga absurd. Sekedar info saja suaminya Yu In itu bapaknya saya.
Kita semacam keluarga gitu. Keluarga yang absurd sih. Jadi kalau teman-teman saya menganggap saya absurd
itu tau lah asal-usulnya dari mana. Jadi, saya akan membahas Yu In dulu. Kalau
pakai istilah absurd nanti dikira durhaka, maka saya akan pakai kata jenius
saja. Yu in yang luar biasa jenius.
Jadi yang pertama akan saya
ceritakan kejeniusan Yu In. Suatu waktu, saat saya sedang di rumah dan sedang
pulas-pulasnya tidur di sofa, Yu In datang. Waktu itu sekitar jam setengah 2
pagi. Yu In datang dengan kasih sayangnya yang luar biasa dan menyelimuti saya.
Saya memang tidak pernah memakai selimut saat tidur dan kebetulan waktu itu
memang dingin. Akhirnya jadilah saya di selimuti oleh kain yang dibawa Yu In. Apakah
saya bahagia saat terbangun di pagi hari dan mendapati diselimuti Yu In ?
tidak, jelas tidak sama sekali. Saat saya bangun saya tertawa terbahak-bahak.
Bagaimana saya bisa tidak tertawa, jadi saya baru sadar bahwa kain yang dipakai
menyelimuti saya tadi pagi bukanlah selimut pada umumnya melainkan taplak meja.
Iya, demi tuhan itu taplak meja. Saya tidak habis pikir bagaimana Yu In bisa
menyelimuti saya dengan taplak meja. Ini suatu kejeniusan yang maha hebat
hahahahaha. Mungkin ibu normal liannya akan berfikir menyelimuti anaknya dengan
selimut atau sarung, Yu In mempunyai ide menggunakan taplak meja. sungguh suatu
gagasan yang uwuwuwuw. Saya membayangkan begini, Yu In bejalan mendekati saya
lalu berfikir, “wah ada agung nih, kasian dia kedinginan”. Lalu Yu In melihat
sekeliling dan bergumam, “wah, ada
taplak nganggur nih” (sambil senyum jahat). Dan seketika itu tubuh saya tak
ubahnya sebuah meja yang diselimuti taplak yang hanya kurang vas bunga dan
camilan saja hahahaha. Saya sungguh khawatir di masa depan saya akan terbangun
dengan diselimuti oleh keset, karpet, atau tirai jendela.
Yu In itu cuek. Seumur saya kuliah
di Jember, Yu In tidak penah menelpon saya lebih dari 15 menit. Rekor
percakapan kami yang paling singkat adalah 40 detik dan yang paling lama itu 12
menit. Lebih sering berkisar di angka 4 menitan sih. Lalu apa yang kami
obrolkan hanya dalam 40 detik ? tidak banyak namun sangat to the point sekali, ”uangmu masih ?” saya menjawab, “masih kok”
lalu Yu In menimpali, “iya wes, aku Cuma mau tanya itu saja” lalu terdengar suara
“tut...tut...tut...” tanda telepon ditutup. Suatu waktu pernah percakapan
telepon kami cukup lama, tapi Yu In lebih suka mengobrol soal tetangga rumah
yang terlibat affair (perselingkuhan)
dengan sesama tetangga saya, yang laki sudah duda yang wanita sudah janda,
sama-sama tua, udah kepala 4 padahal (tidak secara harfiah memiliki 4 kepala
gitu) wkwkwkwwk. Secara sederhana percakapan kami menjadi lama karena gosip
tetangga hahahaha. Yu In tidak pernah bertanya soal kabar saya, apalagi soal
skripsi, apalagi soal pacar wkwkwkw (maaf ya sayang). Mungkin bagi Yu In
skripsi itu bukan masalah. Dan saya sependapat dengan Yu In soal ini bahwa
skripsi bukan masalah. Skripsi mah ya Cuma gitu-gitu aja, pendahuluan, tinjauan
pustaka, metodologi, pembahasan, kesimpulan. Selesai. Kalau ada yang nganggep skripsi itu masalah
dia itu lemah. Lemah banget wkwkwkwkw. Jadi skripsi itu gampang ? ya engga
juga, susah tapi jangan digolongkan sebagai masalah saja wkwkwkwk.
saya juga tidak pernah melakukan
video call dengan Yu In. kalaupun pernah itupun berkat tetangga rumah yang
video call dengan saya dan memberikan ponselnya ke Yu In. kenapa begitu, jangan
kan dengan video call, Yu In ngetik sms dengan hp saja tidak bisa. Jangankan
ngetik sms, kadang-kadang buka kunci hp saja beliau tidak bisa wkwkwkwkw. Suatu
waktu pernah saya menawari Yu In untuk memakai hp layar sentuh saya. Saya iseng
saja sih nawarin begitu, lalu dengan tegas Yu In menjawab, “wegah aku gawe
hpmu, mengko layare tak demok mlayu-mlayu (ga mau aku pakai hpmu, nanti tak
sentuh layarnya lari-lari)”. Lah dikira layar hp ini sedang lari maraton tah
wkwkwkwkw. Yah begitulah Yu In dengan segala macam ceritanya. Mungkin terdengar
durhaka, tapi percayalah pada 3 kalimat pertama tulisan ini.[]
Leave a Comment