PEMAKLUMAN YANG SUSAH




Misalkan saja ada sepasang kekasih. Cowo dan cewe mestinya, saya bukan LGBT yang akan memberikan contoh menggunakan pasangan sesama jenis. Misalkan saja pasangan tersebut LDR (Long distance relationship). Si cowo ini ada di kota A dan cewenya di kota B. Si cowo ini sibuk banget, kerjaannya jalan-jalan di sawah sambil buat peta. Tiap hari buat peta, sampai-sampai kalo batuk keluar koordinat lintang-bujurnya. Sialnya pasangan si cowo yaitu si cewe (ya iyalah....) itu kangenan. Pengennya tiap hari di hubungin terus. Ya namanya kangen, Ibarat anggota FPI yang liat orang lewat pake kaos palu-arit, jadinya uring-uringan, bawaannya pengen nonjok itu orang berkaos palu-arit aja. Nah sebenarnya sampai disini sudah keliatan konfliknya bukan.

Pengertian itu susah. Ga kaya perusahaan asuransi Prudential yang always listening dan always understanding, hubungan sesama manusia tidak sepengertian itu. Pengertian itu susah. Yang gampang itu adalah Raffi Ahmad beli Avanza, itu mudah. Avanza yang harganya 170 juta-an itu mudah buat Raffi Ahmad yang bisa beli mobil seharga 33 milyar. Mudah sekali. Tapi beda sama pengertian, pengertian itu susah. Lha wong tiap orang itu punya gawenya masing-masing, mana mungkin bisa dengan mudah melakukan pengertian ke orang lain. Simpelnya, bagaimana mungkin orang akan saling memaklumi satu sama lain.

Kalian (para pembaca) bisa jadi mbatin, ya gampang banget toh, tinggal si cowo hubungin si cewe tiap hari, sempet-sempetin. Nah secara teori memang benar, si cewe ga akan marah dan hubungan akan baik-baik saja sampai si cowo menjabat tangan penghulu sambil ngucapin “q-q-qobiltu nikaaha....” dan kawin sama si cewe. Kecuali kalau ditikung teman sih hahahaha. Tapi yo ramashok. Kalu sicowo sempet-sempetin hubungin si cewe Cuma supaya si cewe ga marah berarti yang cowo itu terlalu terpaksa dan si cewe itu terlalu memaksa. Sedangkan pengertian atau sebut saja pemakluman itu kan tanpa paksaan.

Atau kondisinya jadi begini, si cowo ga menghubungi si cewe sama sekali dan si cewe karena kangen (dan mungkin pms atau lapar atau kombinasi dari keduanya) jadi uring-uringan. Kondisi yang macam ini merupakan nilai terendah dari pengertian. Karena si cowo ga mau menghubungi si cewe sekalipun alsannya logis karena sibuk dan si cewe marah karena kangen dan tidak di hubungi si cowo dan alasan dari si cewe ini logis juga. Dari keduanya sama sekali tidak memiliki pemakluman atas apa yang masing-masing individu ini rasakan.

Kondisi selanjutnya adalah dimana si cowo tidak menghubungi si cewe sama sekali. Dan celakanya si cewe tidak pula menanyakan kabar dari si cowo sama sekali. Nah apabila ada pasangan yang sudah mencapai level semacam ini, saya katakan kepada para pembaca semua bahwa yang terjadi bukanlah pengertian antar personal yang sudah luar biasa paripurna. Namun karena pasangan ini sudah putus hahahahaha. Lha apa ya ada yang pasangan yang ga saling tanya kabar satu sama lain kalo ga sudah putus namanya hahahaha.

Para pembaca yang budiman, mungkin panjenengan akan berfikir solusi seperti ini. Si cowo memang harus memberi kabar kepada si cewe. Dan si cewe yang bahagia karena dihubungi si cowo harus rela durasi percakapan mereka berkurang secara signifikan. Nah ini adalah solusi ideal dan yang paling mashok..... disinilah letak pemakluman yang luar biasa. Si cowo secara sadar tahu bahwa si cewe kangen dan si cewe juga secara sadar bahwa si cowo sibuk. Sehingga si cowo menghubingi si cewe sekalipun sibuk bukan karena takut cewe-nya marah tapi karena peduli dan si cewe nrimo kanthi legowo durasi kebersamaan mereka yang singkat. 

Kondisi yang saling maklum inilah yang sebenarnya susah buat diterapkan. Pemakluman merupakan hal yang susah dilakukan, bagaimana seorang individu itu harus menahan egonya masing-masing itu adalah hal yang luar biasa susah. Atau mungkin karena memang dasarnya manusia akan lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain yang mengakibatkan pemakluman atas orang lain itu susah dilakukan. Mau disangkal model bagaimanapun, memang begitu adanya, begitu memang adanya, adanya memang begitu. 

Para pembaca yang budiman, cerita LDR si cowo dan si cewe dari tulisan ini sebenarnya bukan hanya ilustrasi kreatif dari penulis, melainkan merupakan kisah nyata. Menurut sumber yang valid, si cowo dari ilustrasi di atas  saat ini sudah mulai mencoba untuk menghubungi si cewe setiap hari sekalipun kegiatannya luar biasa sibuk dan memaklumi bahwa si cewe memang butuh kabar darinya. Pun begitu dengan si cewe yang mulai maklum kepada si cowo yang sibuk sehingga durasi percakapan mereka tiap harinya singkat. Oleh karenanya para pembaca yang budiman, tirulah si cowo tersebut yang sudah memulai untuk mengesampingkan egonya sekalipun alasan atas egonya tersebut adalah sahih. Tirulah si cowo itu. Dan si cowok dalam ilustrasi tersebut adalah saya (hahahahahahaha).

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.